Simulasi Sistem: FAQ #1
Apakah simulasi digunakan hanya untuk pencarian solusi atau penyelesaian masalah (problem solving) ?
Simulasi tidak hanya digunakan untuk problem solving, namun bisa digunakan untuk banyak penggunaan. Banks et al (1998) menyatakan bahwa simulasi dapat digunakan (1) sebagai alat yang membantu dalam menjelaskan sebuah sistem atau masalah, (2) sebagai alat komunikasi untuk menjelaskan operasi sebuah sistem, (3) sebagai alat analisis untuk menentukan elemen/komponen/isu2 kritis dan mengestimasi ukuran performansinya, (4) sebagai pengestimasi desain untuk mengevaluasi solusi yang diajukan dan mengsintesa solusi-solusi alternatif baru, (5) sebagai penjadwalan untuk mengembangkan jadwal operasi pekerjaan, tugas dan sujmber daya secara online, (6) sebagai mekanisme kontrol untuk pendistribusian dan pengaturan rute pengiriman material dan sumber daya, (7) sebagai media pelatihan yang membantu operator dalam memahami proses operasi suatu sistem, (8) sebagai bagian dari sistem untuk menyediakan informasi, status proyeksi, dan dukungan keputusan secara online.
Model sebuah sistem dapat diklasifikasikan dalam bentuk apa saja ?
Secara umum sebenarnya model dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu model matematik dan model fisik (lihat detail disini). Model yang digunakan dalam simulasi sebenarnya adalah bagian dari cabang dari model matematik (numerik, analitik dan logikal) dimana prose operasi sistem banyak dinyatakan dalam bentuk logika operasi. Rumus-rumus, algoritma dan lain sebagainya adalah hasil dari sebuah pemodelan sistem, sebagai contoh hasil dari pemodelan sistem inventori lahirlah rumus-rumus inventori (lihat kuliah pemodelan sistem).
Bisa berikan contoh asumsi-asumsi struktur/proses dalam membangun sebuah model?
Kita ambil contoh membentuk model sistem antrian di kasir supermarket. Bahwa pembeli biasanya memilih kasir yang antriannya paling pendek, oleh karena itu kita mengasumsikan dalam model bahwa semua pembeli memiliki perilaku seperti itu. Walaupun dalam kenyataannya, mungkin saja ada pembeli yang tidak peduli dengan masalah panjang antrian dalam memilih kasir. Namun, pembeli seperti ini tidak kita akomodir dalam model, sehingga asumsi kita hanya seperti tadi. Selain perilaku di atas, mungkin saya pembeli yang datang bersama keluarga akan memasuki antrian yang berbeda. Akibat perilaku itu, bisa saja pembeli yang sudah antri dalam satu lintasan antrian akan berpindah ke antrian lain tempat keluarganya ada mengantri dan antriannya lebih cepat selesai. Apabila kita mampu mengakomodir perilaku ini dalam model (misal data dan aplikasi simulasi mampu mengakomodir), maka kompleksitas model akan bertambah. Namun apabila kita tidak mengakomodir perilaku ini, maka lagi-lagi kita dapat mengasumsikan bahwa pembeli setelah memilih satu lokasi antrian tidak akan berpindah ke anrtian lain.
Bisa berikan contoh asumsi-asumsi berkaitan dengan input dalam membangun sebuah model?
Permintaan produk pada sebuah toko tidak bisa kita tiru secara persis ke dalam model. Langkah yang mungkin kita lakukan adalah mengambil sejumlah data dalam rentang waktu tertentu kemudian kita melakukan inferensia terhadap distribusi data apakah berdistribusi normal, eksponensial atau lainnya dengan rataan tertentu. Proses ini sebenarnya adalah proses membuat asumsi terhadap input (demand) terhadap produk yang dijual di toko tersebut.
Manakah asumsi yang tepat untuk pemenuhan pesanan (PO), apakah diasumsikan pemasok selalu menepati janji dalam memenuhi lead time pesanan, ataukah mengasumsikan bahwa lead time pemenuhan order oleh pemasuk berdistribusi tertentu?
Keduanya tepat, namun karakteristik modelnya menjadi berbeda. Asumsi yang pertama membentuk model yang inputnya bersifat deterministik karena lead time tiap pemasok tetap sesuai yang dijanjikan. Adapun asumsi kedua, membentuk model yang input datanya bersifat probabilistik. Asumsi kedua ini membentuk model simulasi stokastik.
Apakah simulasi hanya untuk sistem yang sudah ada?
Simulasi tidak selalu untuk sistem yang sudah ada. Namun secara prinsip walaupun sistem yang dirancang belum ada, namun lingkungan sistem yang mempengaruhi sistem rancangan pasti sudah ada. Sebagai contoh, dalam rangka pengembangan sistem pemecah gelombang untuk mengurangi abrasi pantai, maka dibangunlah sebuah simulasi (fisik) pemecah gelombang dalam skala kecil. Dibuatlah tiruan gelombang, tiruan pantai dan alat pemecah gelombang ukuran kecil. Simulasi ini dijalankan untuk menguji performansi alat pemecah gelombang yang dirancang.
Mengapa simulasi diperlukan, padahal sudah ada pendekatan analitik dan numerik dalam pemecahan masalah?
Tidak semua masalah dalam sistem nyata dapat dipecahkan menggunakan pendekatan analitik dan numerik karena kompleksitas sistem yang dikaji. Sepintas simulasi terlihat lemah dalam menghasilkan solusi karena dia adalah sebuah alternatif pemecahan masalah ketika analitik dan numerik tidak bisa digunakan. Namun demikian, keunggulan simulasi adalah kemampuannya mengakomodir banyak karakteristik perilaku sistem dibanding pendekatan analitik dan numerik. Oleh karena simulasi dapat meniru hampir sama dengan sistem nyata, maka studi terhadap sistem dapat lebih komprehensif dan integral.